SUMENEP - Kasi Kurikulum dan Penilaian SD Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, Buhari, mengatakan, advokasi dan Sosialisasi Penguatan Literasi bagi Guru Kelas Awal dalam Bingkai Kurikulum Merdeka yang dilaksanakan Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep bersama Tim Inovasi, berdasarkan analisa di raport pendidikan masing-masing satuan penddikan. Dimana indikator literasi yang capaian nilainya di bawah kompetensi minimal masuk sebagai peserta.
Menurutnya, Advokasi dan sosialisasi tersebut dimaksudkan, pertama agar para guru kelas awal mulai ada kesadaran untuk selalu melaksanakan pembelajaran yang banyak melibatkan literasi baik guru maupun siswa, sehingga pada capaian asesmen Nasional 2022 ini ada peningkatan dari tahun sebelumnya.
“Kegiatan ini tidak hanya sekedar workshop, tapi akan ditindaklanjuti dengan pendampingan seluruh satuan pendidikan terhadap guru kelas 1 yang merupakan peserta oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep bekerja sama dengan para pengawas binaannya, ” jelasnya pada Penutupan Advokasi dan Sosialisasi Penguatan Literasi bagi Guru Kelas Awal, yang dilaksanakan selama tiga hari sejak 26-28 September 2022, di Kedai HK Sumenep, Rabu (28/09/2022).
Kemudian yang kedua dalam tindak lanjut tersebut akan dilakukan pendampingan untuk mengisi Platform Merdeka Belajar (PMM), sehingga capaian Kabupaten Sumenep ada peningkatan dalam penerapan Impelementasi Kurikulum Merdeka (IKM).
Dan ketiga peserta bakal dihimpun satu wadah dalam komunitas belajar yang namanya disesuaikan dengan kegiatannya, sehingga banyak belajar bersama mengembangkan literasi di sekolah.
Juga meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan kurikulum merdeka di satuan pendidikan. Sehingga benar-benar memahami dan mengaplikasikan dengan kondisi apapun.
“Secara umum harapan kami, kualitas pendidikan terus meningkat dengan penerapan kurikulum merdeka yang sebagian konsepnya menerapkan dan mengembangkan literasi dan numerasi, baik guru maupun siswa, ” tandasnya.
Bahkan, dalam kesempatan tersebut pihaknya bersyukur juga dihadiri pejabat dari Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur, yakni Dr. Dwi Ilham Raharjo, M.Pd (jabatan Widyaprada) dan Ketua Pokja IKM, Sonhaji (Konsultan BBPMP). Dan sempat memberikan penguatan di akhir sesi kegiatan tersebut.
“Ini sekaligus merupakan pembuktian bahwa apapun yang kita lakukan dalam tahapan kurikulum merdeka ini terekam dan akan menjadi data untuk melakukan refleksi dan pengembangan ke arah yang lebih baik lagi, ” tambahnya.
Diakui, jika saat ini sudah ada perubahan paradigma, dimana sebelumnya banyak berharap pelatihan yang dilaksanakan oleh Badan atau Kementerian. Tapi kini ada perubahan besar dalam pendidikan, bagaimana mindset guru tidak menggantungkan pelatihan yang selama ini dilaksanakan.
“Ada paradigma bagaimana guru bergerak dan berkembang maju dapat ditentukan sendiri, dengan banyak melakukan belajar pelatihan dengan platform dari akun belajar yang dimiliki. Dan instrukturnya bukan lagi orang lain tapi diri sendirilah yang menetukan untuk bergerak dan berkembang, ” paparnya.
Sementara Cahyadi Wahyono, District Fasilitator (DF) Inovasi Kabupaten Sumenep yang juga Tim Inovasi Jawa Timur ini selama advokasi dan sosialisasi penguatan literasi bagi guru kelas awal juga dilakukan Survei Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) dan hasilnya yang dilaksanakan dengan jumlah partisipan 63 orang, 41 (65%) perempuan dan 22 (35%) laki-laki. Dan 62 partisipan di antaranya adalah guru kelas 1 dan 1 orang lainnya adalah guru kelas 2.
Dari 63 partisipan, 39 di ataranya sudah bisa mengakses Platform Merdeka Mengajar (PMM) dan 24 (38%) belum bisa mengakses PMM. Dari 39 orang yang sudah bisa mengakses, 22 di antaranya pernah memanfaatkan, dan 28 orang sudah bisa memanfaatkan.
“Jadi hanya 6 orang yang menjawab sudah pernah dan bisa memanfaatkannya.” terangnya.
Selanjutnya, para peserta yang merupakan guru kelas awal ini akan ada wadah dalam komunitas belajar, sehingga banyak belajar bersama bagaimana melakukan pengembangan literasi di sekolah agar terus bergerak dan berkembang. (*)